Thursday, April 21, 2016

Tiga Penghambat Menjadikan Sendangbiru Sebagai Sentra Tuna Terbesar di Jawa Timur



Tokoh nelayan dan juga Kepala Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malangm Jawa Timur, Sudarsono, mengatakan tiga masalah menjadi penghambat untuk menjadikan Kabupaten Malang menjadi sentra tuna di Jawa Timur.
Masalah pertama, menurut Sudarsono adalah tidak adanya ruang pendingin untuk penyimpanan ikan (cold storage). Kedua, lokasi pabrik es yang jauh. Ketiga, lantai pendaratan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Pondokdadap masih kasar, yang mengakibatkan ikan gampang rusak saat ditarik sehingga harganya turun. “Tiga masalah serius yang berhubungan dengan fasilitas perikanan,” katanya kepada Tempo, Senin, 11 April 2016.
Sudarsono menjelaskan, selama ini para nelayan menyewa cold storage dari Kabupaten Banyuwangi, yang harus ditempuh melalui perjalanan darat 6-7 jam dari Sendangbiru. Sedangkan batu es didatangkan dari Kecamatan Kepanjen, yang berjarak sekitar 55 kilometer dari Sendangbiru.
Sudarsono sangat menyesalkan pembangunan TPI yang tidak dikomunikasikan dengan para nelayan dan pengusaha ikan. Dia mengatakan, seharusnya lantainya dibuat dari porselin. Selain ikan tidak rusak, juga terjaga higienisnya. “Kami akan laporkan ke Pakde Karwo (Soekarwo, Gubernur Jawa Timur) agar masalah ini bisa dibenahi,” ujarnya.
Sudarsono menjelaskan, sepanjang April hingga November merupakan musim panen ikan tuna. Para nelayan di pesisir selatan Kabupaten Malang sedang bersiap melaut, meski angin kencang dan gelombang agak tinggi masih sesekali muncul.
Sudarsono memaparkan mayoritas nelayan di selatan Malang bermukim di Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Di daerah itu terdapat sekitar 2.500 nelayan, Mereka memiliki sekitar 700 unit kapal dengan ukuran 5-30 gross tone (GT). “Kami tak ingin kehilangan momentum panen tuna,” ujarnya.
Setiap kali musim panen, kata Sudarsono, satu kapal bisa mendapatkan tuna 2 ton hingga 3 ton tuna dalam satu kali melaut. Sekali melaut membutuhkan waktu 8 hari sampai 10 hari, dengan jarak tempuh 100 sampai 300 mil dari garis pantai.
Harga tuna ukuran besar masih mahal di awal musim panen, yakni Rp 37 ribu sampai Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan ukuran kecil Rp 11 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram. Berdasarkan hasil itulah Pemerintah Kabupaten Malang berambisi menjadikan Sendangbiru sebagai sentra tuna terbesar di Jawa Timur dan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Wakil Bupati Malang Sanusi membenarkan masalah-masalah yang dikeluhkan para nelayan Sendangbiru. Ihwal TPI Pondokdadap, kata dia, Pemerintah Kabupaten Malang tidak bisa langsung mengurusinya karena merupakan wewenang Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Pemerintah Provinsilah yang harus membenahinya,” ucapnya.
Sanusi mengatakan, masalah cold storage segera diatasi. Pemerintah Kabupaten Malang sudah merencanakan membangunnya tahun ini. Lokasinya di Kecamatan Turen. Anggarannya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sanusi menjelaskan, pada 2015 lalu hasil tangkapan tuna oleh nelayan Sendangbiru bisa mencapai 40-100 ton tuna per hari. Jumlah itu setara 40 persen dari total tangkapan ikan di wilayah Kabupaten Malang yang mencapai 11.500 ton. Iu sebabnya ia optimistis bisa menjadikan Sendangbiru menjadi sentra produksi tuna terbesar di Jawa Timur dan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Kepala Unit Pengelola Pelabunan Perikanan Pondokdadap Goentoro Soepardi menjelaskan, tuna tetap menjadi komoditas unggulan Sendangbiru. Dari total hasil tangkapan ikan 5.430 ton, sekitar 30 persen di antaranya berupa tuna.
Sekitar 60 persen tuna yang didapat adalah jenis albacore. Albacore biasanya langsung dijual per 50 kilogram, sekitar tiga ekor. Tuna albacore biasanya diolah menjadi tuna kaleng. Sedangkan 40 persen adalah tuna sirip kuning. Mayoritas tuna sirip kuning diekspor dan biasa diolah untuk steak.
Goentoro mengatakan, hasil tangkapan tuna terus menunjukkan peningkatan. Namun belum sepenuhnya mampu memenuhi pasar ekspor. Menurut Badan Pusat Statistik pada 2014, ekspor tuna dan tongkol Indonesia mencapai US$ 210 juta dan menjadi komoditas nomor dua terpenting setelah udang.

Sumber : tempo.com

No comments:

Post a Comment